Laman

Cari Blog Ini

Senin, 21 November 2011

MULTIPLE INTELLEGENT (EQ), SOSIAL INTELLEGENT (SQ), EMOTIONAL SPIRIT QUOTIENT dan DINAMIKA KELOMPOK


OCTAVIANI NUR (1001629)
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PERILAKU ORGANISASI

MULTIPLE INTELLEGENT (EQ), SOSIAL INTELLEGENT (SQ), EMOTIONAL SPIRIT QUOTIENT
dan
DINAMIKA KELOMPOK
Kecerdasan terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kecerdasan majemuk atau multiple intelligent (EQ), social intelligence (SQ) dan emotional spiritual quotient (ESQ) .
A.    Multiple Intellegent (EQ)
Teori ini dikembangkan untuk membuktikan bahwa manusia mempunyai berbagai jenis kekuatan intelektual dan kekuatan yang sangat penting dalam cara bagaimana anak belajar, bagaimana mengungkapkan sesuatu yang dipahaminya dan bagaimana menggunakannnya untuk menunjukkan apa yang mereka pahami. 
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu
  1. Faktor Bawaan ( Genetik )
  2. Faktor lingkungan
Pedoman Praktis Untuk mengembangkan Kecerdasan Multipel Intelligent , adalah :
-      Merangsang Kecerdasan Verbal
Kemampuan menguraikan pikiran dalam kata-kata. Mencakup kemahiran berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca dan menafsirkan. Misalnya dalam presentasi, pidato, diskusi.
-       Latih Kecerdasan Logika Matematik
Kemampuan menggunakan logika matematik dalam memecahkan masalah (menalar)
-       Kembangkan Kecerdasan Visual – spatial
Kemampuan untuk memahami hubungan ruang secara akurat mengerti dunia visual, kemampuan ini menyangkut: sketsa, menggambar, seni, ilustrasi, dll
-        Melatih kecerdasan gerak tubuh
Kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan fisik dengan mudah dan cekatan.
-        Merangsang Kecerdasan Musikal
Dengan mendengarkan musik,mengikuti irama dan nada.
-        Melatih kecerdasan emosi inter – personal
Kemampuan memahami dan menyesuaikan dengan orang lain lewat komunikasi dengan orang lain. Mengacu kepada ketrampilan manusia, mudah membaca situasi, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan ini menyangkut: memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, sosialisasi, kelompok kerjasama, dll

-        Melatih Kecerdasn Emosi Intra-personal
Berpikir secara reflektif, mengacu pada kesadaran mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri, dengan menceritkan perasaan, keinginan, cita-cita, dan pengalaman kepada orang lain
-        Merangsang Kecerdasan Naturalis
Kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan. Kecerdasan ini menyangkut pertalian hubungan antara seseorang dengan alam, yang dapat melihat hubungan dan pola dalam dunia alamiah dan mengindentifikasi dan berinteraksi dengan proses alam.

B.    Social Intellegent (kecerdasan sosial)
Kecerdasan sosial atau social intelligence adalah kemampuan untuk memahami, mengelola dan merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain. Menurut pendapat Salovey dan Mayer dalam Goleman (2000) mendefinisikan sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
Menurut Goleman (2000), beberapa konsep yang perlu diperhatikan adalah:
1)    Kecerdasan emosi tidak hanya berarti “bersikap ramah.” Pada saat-saat tertentu yang diperlukan mungkin bukan sikap ramah melainkan sikap tegas.
2)    Kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan perasaan untuk berkuasa, melainkan mengelola perasaan sedemikian rupa sehingga terekspresi dengan tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju sasaran bersama.
Terdapat lima elemen dalam kecerdasan social, yaitu :
-        Situational awareness (kesadaran situasional).
Bisa memahami dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain.
-      Presense atau kemampuan membawa diri. Bagaimana etika penampilan, tutur kata, gerak tubuh ketika bicara, mendengarkan,dll
-        Authenticity (autensitas) atau sinyal dari perilaku seseorang yang akan membuat orang lain menilainya sebagai orang yang layak dipercaya), jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan ketulusan
-        Clarity (kejelasan). Aspek ini menjelaskan sejauh mana seseorang dibekali kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan idenya, sehingga orang lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka.
-      Empathy (empati). Sejauh mana kita memiliki keterampilan untuk bisa mendengarkan, memahami pemikiran orang lain dan melakukan aksi nyata untuk meringankan penderitaan orang lain.

C.   Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
Kecerdasan Emosi Spiritual adalah dasar untuk mengenali dan memahami bagian terdalam dari suara hati kita sendiri dan perasaan serta suara hati orang lain, di mana suara hati adalah dasar kecerdasan emosi-spiritual dalam membangun ketangguhan pribadi sekaligus membangun ketangguhan sosial (Ginanjar, 2001).
Ada beberapa tahapan yang digunakan membangun kecerdasan emosi-spiritual, diantarannya adalah :
1.   Penjernihan emosi (Zero Mind Process), ini merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari segala belenggu.
2.   Membangun mental (Mental Building), berkenaan dengan pembentukan alam berpikir dan emosi secara sistematis berdasarkan Rukun Iman, sehingga diharapkan akan tercipta format berpikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri dan sesuai dengan hati nurani. Di sini akan terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi-spiritual sesuai dengan fitrah manusia, yakni :
-        Terkait dengan rasa aman, kepercayaan diri, kebijaksanaan dan motivasi yang tinggi dengan landasan iman.
-        Mencakup loyalitas, integritas, komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, suka menolong dan saling percaya.
-        Prinsip kepemimpinan, setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Dan pemimpin sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain.






D. Dinamika Kelompok

 1. Teori Pembentukan Kelompok
Kelompok terbentuk dari penentuan kedudukan masing-masing anggota. Langkah proses pembentukan  kelompok diawali dengan  proses yang  didasarkan adanya hal-hal berikut :
ü  Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
ü   Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri untuk maju.
ü  Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
ü  Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efisien dan efektif.
ü  Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan.  Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
ü  Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.

2.Ciri-ciri Kelompok
Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)    Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain (menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)
2)    Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain (akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)
3)    Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing.
4)    Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
3.Jenis-Jenis Kelompok

*      Kelompok Primer

Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

*      Kelompok Sekunder

Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

*      Kelompok Formal

Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

*      Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya: kelompok arisan

4.Dasar-Dasar Daya Tarik Interpersonal
a)    Manusia merupakan makhluk sosial
b)    Manusia tidak sanggup hidup sendiri
c)    Manusia perlu belajar super ego
d)    Cenderung beraktivitas
5.Perkembangan Kelompok
Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:
a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru
b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut.
 c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk :
a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama
 b) membina dan memperluas pola
c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain  :
1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok.

6. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA
1.    Thoha, Miftah. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
3.    peningkatan-kecerdasan-emosional-spiritual-esq.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar