OCTAVIANI NUR (1001629)
ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
PERILAKU
ORGANISASI
MULTIPLE INTELLEGENT (EQ), SOSIAL INTELLEGENT (SQ), EMOTIONAL SPIRIT
QUOTIENT
dan
DINAMIKA KELOMPOK
Kecerdasan terbagi menjadi 3 kelompok,
yaitu kecerdasan majemuk atau multiple intelligent (EQ), social
intelligence (SQ) dan
emotional spiritual quotient (ESQ) .
A. Multiple Intellegent (EQ)
Teori ini
dikembangkan untuk membuktikan bahwa manusia mempunyai berbagai jenis kekuatan
intelektual dan kekuatan yang sangat penting dalam cara bagaimana anak belajar,
bagaimana mengungkapkan sesuatu yang dipahaminya dan bagaimana menggunakannnya
untuk menunjukkan apa yang mereka pahami.
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu
- Faktor Bawaan ( Genetik )
- Faktor lingkungan
Pedoman Praktis Untuk mengembangkan
Kecerdasan Multipel Intelligent , adalah :
- Merangsang Kecerdasan Verbal
Kemampuan menguraikan pikiran dalam
kata-kata. Mencakup kemahiran berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca dan
menafsirkan. Misalnya dalam presentasi, pidato, diskusi.
- Latih Kecerdasan Logika Matematik
Kemampuan menggunakan logika matematik
dalam memecahkan masalah (menalar)
- Kembangkan Kecerdasan Visual – spatial
Kemampuan untuk
memahami hubungan ruang secara akurat mengerti dunia visual, kemampuan ini
menyangkut: sketsa, menggambar, seni, ilustrasi, dll
- Melatih kecerdasan gerak tubuh
Kemampuan untuk
mengendalikan dan menggunakan fisik dengan mudah dan cekatan.
-
Merangsang
Kecerdasan Musikal
Dengan mendengarkan musik,mengikuti irama
dan nada.
-
Melatih
kecerdasan emosi inter – personal
Kemampuan memahami dan menyesuaikan dengan
orang lain lewat komunikasi dengan orang lain. Mengacu kepada ketrampilan
manusia, mudah membaca situasi, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain. Kemampuan ini menyangkut: memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, sosialisasi,
kelompok kerjasama, dll
-
Melatih
Kecerdasn Emosi Intra-personal
Berpikir secara reflektif, mengacu pada
kesadaran mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri, dengan
menceritkan perasaan, keinginan, cita-cita, dan pengalaman kepada orang lain
-
Merangsang
Kecerdasan Naturalis
Kemampuan memahami dan memanfaatkan
lingkungan. Kecerdasan ini menyangkut pertalian hubungan antara seseorang
dengan alam, yang dapat melihat hubungan dan pola dalam dunia alamiah dan
mengindentifikasi dan berinteraksi dengan proses alam.
B.
Social
Intellegent (kecerdasan sosial)
Kecerdasan sosial atau social intelligence adalah kemampuan
untuk memahami, mengelola dan merujuk
kepada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan orang lain. Menurut pendapat Salovey
dan Mayer dalam Goleman (2000)
mendefinisikan sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri
dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan
tindakan.
Menurut Goleman (2000), beberapa konsep yang
perlu diperhatikan adalah:
1) Kecerdasan emosi tidak hanya berarti “bersikap ramah.”
Pada saat-saat tertentu yang diperlukan mungkin bukan sikap ramah melainkan
sikap tegas.
2) Kecerdasan emosi bukan berarti memberikan
kebebasan perasaan untuk berkuasa, melainkan mengelola perasaan sedemikian rupa
sehingga terekspresi dengan tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerja
sama dengan lancar menuju sasaran bersama.
Terdapat lima elemen dalam kecerdasan
social, yaitu :
- Situational awareness (kesadaran situasional).
Bisa memahami dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain.
-
Presense atau kemampuan membawa diri. Bagaimana etika penampilan, tutur kata, gerak
tubuh ketika bicara, mendengarkan,dll
- Authenticity (autensitas) atau sinyal dari perilaku seseorang yang akan membuat orang lain
menilainya sebagai orang yang layak dipercaya), jujur, terbuka, dan mampu
menghadirkan ketulusan
- Clarity (kejelasan).
Aspek ini menjelaskan sejauh mana seseorang dibekali kemampuan untuk
menyampaikan gagasan dan idenya, sehingga orang lain bisa menerimanya dengan
tangan terbuka.
- Empathy (empati). Sejauh mana kita memiliki
keterampilan untuk bisa mendengarkan, memahami pemikiran orang lain dan
melakukan aksi nyata untuk meringankan penderitaan orang lain.
C. Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
Kecerdasan Emosi Spiritual adalah dasar
untuk mengenali dan memahami bagian terdalam dari suara hati kita sendiri dan
perasaan serta suara hati orang lain, di mana suara hati adalah dasar kecerdasan
emosi-spiritual dalam membangun ketangguhan pribadi sekaligus membangun
ketangguhan sosial (Ginanjar, 2001).
Ada beberapa tahapan yang digunakan
membangun kecerdasan emosi-spiritual, diantarannya adalah :
1. Penjernihan emosi (Zero Mind Process),
ini merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali pada hati dan
pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari segala belenggu.
2. Membangun mental (Mental Building),
berkenaan dengan pembentukan alam berpikir dan emosi secara sistematis
berdasarkan Rukun Iman, sehingga diharapkan akan tercipta format berpikir dan
emosi berdasarkan kesadaran diri dan sesuai dengan hati nurani. Di sini akan
terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi-spiritual
sesuai dengan fitrah manusia, yakni :
- Terkait dengan
rasa aman, kepercayaan diri, kebijaksanaan dan motivasi yang tinggi dengan
landasan iman.
- Mencakup
loyalitas, integritas, komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, suka menolong
dan saling percaya.
- Prinsip
kepemimpinan, setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Dan pemimpin
sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang
lain.
D. Dinamika Kelompok
1.
Teori Pembentukan Kelompok
Kelompok
terbentuk dari penentuan kedudukan masing-masing anggota. Langkah proses
pembentukan kelompok diawali dengan proses yang
didasarkan adanya hal-hal berikut :
ü Persepsi
Pembagian
kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat
dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang
lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota
lainnya.
Pembagian
kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada
setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa
memotivasi diri untuk maju.
ü Tujuan
Terbentuknya
kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
ü Organisasi
Pengorganisasian
dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan
secara lebih efisien dan efektif.
ü Independensi
Kebebasan
merupakan hal penting dalam dinamika
kelompok. Kebebasan disini merupakan
kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan
tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
ü Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan
interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi
tentang pengetahuan tersebut.
2.Ciri-ciri Kelompok
Suatu kelompok
dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Memiliki
motif yang
sama antara individu satu dengan yang lain (menyebabkan interkasi/kerjasama
untuk mencapai tujuan yang sama)
2)
Terdapat
akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu
dengan yang lain (akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan
individu yang terlibat)
3)
Adanya
penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan
masing-masing.
4)
Adanya
peneguhan norma
pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam
kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
3.Jenis-Jenis
Kelompok
Kelompok Primer
Merupakan
kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang
anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Goerge Homans kelompok
primer merupakan sejumlah orang yang
terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga
setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui
perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan
lain-lain.
Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi
secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang
terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan
serikat kerja dan lain-lain.
Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran
Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART)
yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari
kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
Kelompok Informal
Merupakan
suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan
seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini
terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan
kekeluargaan dan simpati. Misalnya: kelompok arisan
4.Dasar-Dasar Daya Tarik Interpersonal
a) Manusia merupakan makhluk sosial
b) Manusia tidak sanggup hidup sendiri
c) Manusia perlu belajar super ego
d) Cenderung beraktivitas
5.Perkembangan Kelompok
Indikator
yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai
berikut:
b) Setiap
kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut.
c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk
menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain
tanpa merasa integritasnya terganggu.
Selain hal
diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi
dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga
tahap, antara lain :
1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua
individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang
menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang
lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan
terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai
rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun
keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok.
6. Dinamika
Kelompok
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas
antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang
dialami.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Thoha, Miftah.
1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
3.
peningkatan-kecerdasan-emosional-spiritual-esq.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar